-->

Modul Patofisiologi Osteoposrosis



Patofisiologi Osteoposrosis


Osteoporosis adalah penyakit tulang sistemik ditandai dengan berkurangnya masa tulang dan perubahan arsitektur mikro dari jaringan tulang, sehingga tulang menjadi lebih rapuh dan mudah patah. Pentingnya osteoporosis secara klinis adalah mudahnya terjadi fraktur terutama fraktur kompresi pada vertebra, fraktur pada lengan dan panggul. 40% wanita usia lebih dari 50 tahun pernah mengalami fraktur.
Kejadian fraktur kompresi tulang belakang pada wanita menopause kira-kira 20%. Fraktur panggul meningkat setelah usia 50 th pada wanita dan 60 tahun pada pria. Dengan meningkatnya populasi lansia di Indonesia, osteoporosis menjadi makin penting untuk diketahui.

TULANG NORMAL
Tulang terdiri dari 2 tipe, kortikal dan trabekular. Tulang tipe kortikal terdapat pada hampir 80% tulang manusia, mempunyai sitem harves dan terdapat terutama pada tulang panjang. Tulang trabekular dapat ditemukan pada tulang pipih (vertebra, sternum dan pelvis) dan pada metafise tulang panjang.
Tulang senantiasa mengalami remodeling melalui pembentukan dan resorbsi yang terjadi secara temporal. Resorbsi dan pembentukan ini secara kualitatif dan kuantitatif haruslah seimbang. Remodeling sesungguhnya merupakan reaksi tulang terhadap stres mekanik yang selalu dialaminya. Reaksi terhadap fraktur minor, infeksi dan gangguan suplay darah yang merusak sebagian tulang adalah usaha untuk menghilangkan tulang yang rusak tersebut dan kemudian menggantinya dengan yang baru.
Dua sel utama pada tulang adalah osteoklas yang berasal dari colony-forming unit-granulosit-monosit (CFU-GM) dan osteoblas yang berasal dari sel stroma sumsum tulang. Osteoblas mengganti tulang dengan tipe yang sama sejumlah yang diresorbsi oleh osteoklas. Osteoblas menghasilkan matriks tulang yang kemudian akan dimineralisasi dan selanjutnya matriks ini mengelilingi sel yang kemuadian menjadi osteosit yang tetap terhubung dengan suplay darahnya melalui kanalikuli. Pada tulang orang dewasa, 25% tulang trabekular diresorbsi dan diganti setiap tahun, semetara tulang kortikal hanya 3%, ini memperlihatkan bahwa kecepatan remodeling dikontrol oleh faktor lokal.

OSTEOPOROSIS
Osteoporosis terjadi bila terdapat pengurangan massa skelet akibat ketidak seimbangan antara resorbsi tulang dan pembentukannya. Berkurangnya fungsi gonadal dan penuaan merupakan dua faktor yang berperan dalam ketidakseimbangan ini. Faktor lain yang berperan adalah konsentrasi kalsium, fosfat dan vitamin D. Hormon sistemik seperti paratiroid merangsang pembentukan tulang, semetara estrogen, modulator reseptor estrogen, kalsitoni dan bisfosfonat mencegah resorbsi tulang.
Pengurangan massa tulang postmenopause terjadi karena berkurangnya estrogen akibat menurunnya fungsi ovarium pada wanita atau kastrasi pada laki-laki. Defisiensi estrogen berhubungan dengan pelepasan sitokin, IL-1 dan TNF yang akan merangsang dan membentuk osteoklas dari sumsum tulang dan meningkatkan resorbsi.    Selain peningkatan kecepatan resorbsi, terjadi pula peningkatan kecepatan formasi tulang, tetapi resorbsi terjadi lebih banyak dengan peningkatan jumlah osteoklas pada tulang trabekular. Tulang trabekular sangat terpengaruh pada kondisi ini, dan fraktur vertebra serta fraktur Colles pada lengan sering terjadi.
Osteoporosis yang berhubungan dengan usia terjadi karena jumlah tulang yang dibuat selama remodeling menurun sesuai dengan usia pada kedua jenis kelamin, mungkin karena jumlah osteoblas yang menurun karena kebutuhan yang berkurang. Kebutuhan akan osteoblas ditentukan oleh frekuensi pembentukan unit multiseluler baru dan inisiasi siklus remodeling. Pada kondisi ini tulang kortikal lebih dominan mengalami osteoporosis dan sering menyebabkan fraktur panggul, femur, humerus, kosta, pelvis dan tulang belakang.
Massa tulang meningkat pada masa anak-anak dan remaja, puncaknya pada dekade ke tiga dan awal dekade ke empat, kemudian menuru secara progresif sesudahnya. Wanita mempunyai massa tulang lebih sedikit dari pada pria pada semua tahp usia dan mengalami penurunan yang cepat setelah 5 tahun mengalami menopause.
Sesuai dengan usia, tulang mengalami penurunan massa sekitar 1% per tahun, mencapai 3-5% pada menopause. Sepanjang hidp, seorang wanita bisa kehilangan 30-40% masssa tulangnya, sementara laki-laki kehilangan 20-30%. Jadi beratnya osteoporosis ditentukan oleh massa tulang pada puncaknya, kecepatan resorbsi pada masa postmenopause dan pengurangan massa tulang karena usia. Kejadian jatuh, usia dan fraktur yang telah terjadi derupakan prediktor terjadinya fraktur.
Wanita Asia pada masa post menopause mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk mengalami osteoporosis, terutama mereka yang kurus atau kecil, mempunyai keluarga dengan riwayat osteoporosis, mengalami menopaus dini, mengalami penurunan berat badan yang bermakna pada msa dewasa, ataudengan kelainan aksis panggul.
Faktor gaya hidup juga berperan penting dalam terjadinya osteoporosis, seperti merokok, alkoholisme, lebih banyak duduk dan kekurangan asupan kalsium. Bukti kuat menunjukkan bahwa faktor genetik dan gaya hidup sangat berperan pada pembentukan massa tulang. Defisiensi vitamin D meningkatakan risiko fraktur pada orang tua.
Osteoporosis dapat juga terjadi pada multipel myeloma, hiperparatiroid primer yang berat, gastrektomi dan hipertiroidi. Obat yang meningkatkan risiko osteoporosis antara lain kortikosteroid (penggunaan jangka panjang atau dosis tinggi), agonis dan antagonis terhadap gonadotropin releasing hormone, dan pengganti hormon tiroid karena hipertiroid klinis dan subklinis.
Defisiensi estrogen pada wanita premenopaus, misalnya pada anoreksia nervosa, olah raga yang berlebihan atau hiperprolaktinemi, merangasang kehilangan massa tulang dan mengurangi massa tualng puncak.
Osteoporosis pada laki-laki muda umunya terjadi karena penurunan kadar testosteron, penggunaan alkohol berlebih, merokok, imobilisasi dan obat.
Kejadian jatuh merupakan faktor pencetus utama pada fraktur panggul dan tulang non-vertebra yang mengalami osteoporosis pada orang tua. Faktor risiko kejadian jatuh adalah berkurangnya keseimbangan dan kesulitan melangkah akibat gangguan sensoris, kelemahan otot, pengunaan sedatif dan gangguan kognisi.



KESIMPULAN
          Secara ringkas, penyebab osteoporosis dapat dilihat pada tabel.

GENETIK
Rendahnya Massa tualng
Usia lanjut
Wanita
Kulit putih atau Asia
Riwayat keluarga
Kurus atau BB turun
Panjang aksis panggul yang abnormal
GAYA HIDUP & NUTRISI
Merokok
Alkohol berlebih
Kurang olahraga
Kurang intake kalsium
KONDISI MEDIS & OBAT
Diuretik tiazid
Gastrektomi
Kortikosteroid
hipertiroidi
KONDISI TUBUH
Gangguan sensoris
Kelemahan otot
Penggunaan sedatif
Gangguan kognisi





REFERENSI
1.   Krane SM, Holick MF, Metabolic Bone Disease in: Fauci et al (editors), Harrison’s Principles of Internal Medicine 14th ed, McGraw-Hill, 1998.
2.   Delaney, MF, LeBoff MS, Metabolic Bone Disease, in Ruddy S, Harris ED Jr, Sledge CB (eds) Kelley’s textbook of Rheumatology 6th ed, WB Saunders Company, 2001.
3.   Lane, NE, Osteoporosis and Metabolic bone diseases, in: Klippel JH, Primer on the Rheumatic Diseases 11th ed, Arthritis Foundation, 1997.

0 Response to "Modul Patofisiologi Osteoposrosis"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel