Modul Nyeri dada dan Palpitasi
NYERI DADA DAN PALPITASI
I. NYERI DADA
Nyeri dada dan rasa tidak enak di dada adalah gejala umum yang dapat muncul pada penyakit paru, pleura, penyakit muskuloskeletal, gangguan esophagus atau kelainan gastrointestinal lainnya, atau kecemasan serta pada penyakit kardivaskuler. Kegagalan mengenali suatu gangguan yang serius, seperti pada penyakit jantung iskemik, dapat mengakibatkan tertundanya pengobatan yang sangat dibutuhkan, sedangkan suatu diagnosis yang salah dari suatu keadaan yang secara potensial berbahaya seperti angina pektoris mungkin mempunyai akibat psikologis dan ekonomis yang merugikan.
1.1 PATOFISIOLOGI
1.1.1 ISKEMIA MIOKARDIAL
Iskemia miokardial adalah penyebab tersering dari nyeri dada kardial dan paling penting dalam identifikasi untuk mencegah komplikasi, tetapi hal ini lebih sering dirasakan sebagai sensasi tidak enak di dada dari pada nyeri yang nyata, dengan demikian potensial meningkatkan untuk diabaikan oleh penderita atau misdiagnosis oleh dokter. Hal ini lebih sering dideskripsikan sebagai nyeri tumpul, atau sensasi rasa tertekan, tercekik, terjepit atau terbius, daripada nyeri tajam atau spasmodik. Penderita lebih sering merasakannya sebagai rasa tidak nyaman dan bukan sebagai sensasi nyeri. Gejala iskemia biasanya timbul dalam 5 sampai 20 menit, tetapi dapat juga berlangsung lebih lama. Gejala yang progresif atau gejala yang timbul saat istirahat menunjukkan adanya angina unstable yang diakibatkan oleh rupture plaq jantung atau trombosis. Gejala yang berlarut larut menunjukkan infark miokard, walaupun satu dari tiga pasien infark miokard akut tidak mempunyai nyeri dada. Nyeri ini sering disertai dengan rasa cemas atau gelisah. Lokasinya biasanya retrosternal atau prekordial kiri. Nyeri kadang menjalar atau berlokasi di leher, rahang bawah, bahu, lengan bagian dalam, perut bagian atas atau punggung dan selalu melibatkan region sternum. Penyebab paling sering yang mendasari iskemia miokard adalah obstruksi arteri koronaria oleh aterosklerosis. Episode transient iskemia miokard biasanya dipresipitasi oleh peningkatan kebutuhan oksigen hasil dari kelelahan fisik. Nyeri iskemik dapat juga ditimbulkan oleh stress psikologis, panas badan, udara dingin, makan dalam jumlah besar, atau dari keperluan pengangkutan oksigen akibat dari anemia, hipoksia atau hipotensi. Nyeri iskemia miokard dapat juga terjadi akibat kombinasi dari faktor-faktor tersebut dan biasanya akan membaik dengan istirahat, tetapi kadang tidak sesuai dengan gambaran tersebut. Nyeri tidak berkaitan dengan perubahan posisi atau pernafasan. Pada infark miokard factor presipitasi sering kali tidak tampak.
Nyeri akibat iskemia miokard terjadi jika suplai oksigen ke jantung kurang dalam kaitan dengan kebutuhan oksigen. Konsumsi oksigen berhubungan erat dengan upaya fisiologik yang dilakukan pada waktu kontraksi dan darah vena koroner secara normal mengalami desaturasi yang jauh lebih banyak daripada yang mengalir ke luar dari daerah lain tubuh. Jantung terutama harus mengandalkan penambahan aliran darah koroner untuk mendapatkan oksigen tambahan.
Aliran darah melalui arteri koroner adalah proporsional secara langsung terhadap perbedaan tekanan antara aorta dan miokardium ventrikel pada waktu sistolik dan rongga ventrikel pada saat diastolik serta proporsional terhadap pangkat empat (radius) diameter lumen arteri koroner. Suatu perubahan yang relatif kecil pada diameter lumen arteri koroner di bawah suatu nilai kritis menyebabkan suatu pengurangan yang besar pada aliran darah, dengan asumsi factor-faktor lainnya tetap konstan. Aliran darah koroner terutama terjadi pada saat diastolik. Jika arteri koroner (epikardial) menyempit secara kritis (lebih dari 70 % diameter lumen), maka arteriol koroner intramiokard melebar dalam upaya mempertahankan aliran total pada suatu tingkat yang akan dapat mencegah iskemia miokard pada saat istirahat. Dilatasi yang lebih jauh tidak mungkin tidak ada batasnya, seperti pada waktu gerak badan membutuhkan alirah oksigen yang meningkat. Sampai saat ini penyebab yang paling sering mendasari iskemia miokard adalah penyempitan organik arteri-arteri koroner sekunder terhadap aterosklerosis.
Di samping keadaan yang menyempitkan lumen arteri koroner, satu-satunya yang sering menjadi penyebab iskemia miokard adalah gangguan seperti stenosis aorta atau kardiomiopati hipertrofi, yang menyebabkan disproporsi yang mencolok antara tekanan perfusi koroner dengan kebutuhan oksigen jantung. Hipertrofi ventrikel akibat dari penyakit katup jantung, kardiomiopati hipertrofi atau hipertensi dapat menjadi predisposisi iskemia miokard akibat gangguan penetrasi aliran darah dari arteri koronaria epikardial ke endokardial. baik ventrikel maupun aorta dapat juga menimbulkan nyeri iskemik atau nyeri dengan gambaran yang kurang khas. Miokarditis, kardiomiopati, hipertensi pulmonal primer, dan prolap katup mitral dihubungkan dengan nyeri atipik pada angina pectoris. Diseksi aorta secara klasik menimbulkan rasa nyeri yang hebat dan seketika yang menjalar ke punggung.
1.1.2 PERIKARDITIS
Permukaan visceral perikard biasanya tidak sensitif terhadap nyeri, seperti permukaan parietal, kecuali bagian bawahnya, yang memiliki sejumlah serabut rasa nyeri yang terdapat dalam nervus frenikus. Nyeri yang berkaitan dengan perikarditis diyakini adalah akibat inlamasi dari pleura parietal yang berdekatan. Perikarditis non infeksiosa (misalnya yang berhubungan dengan uremia dan infark miokard) dan tamponade jantung dengan inflamasi yang relatif ringan biasanya tidak nyeri atau disertrai dengan nyeri yang ringan, sedangkan perikarditis infeksiosa hampir selalu dengan nyeri yang lebih hebat dan menjalar ke pleura yang berdekatan. Perikarditis dapat menimbulkan nyeri yang berubah dengan perubahan posisi, bernafas atau menelan.
1.1.3 PENYAKIT PADA AORTA
Diseksi aorta berkembang sebagai akibat dari hematoma subintimal yang mungkin bermula dari suatu ruptur atau robekan pada intima aorta ataupun karena perdarahan ke dalam vasa vasorum. Sindroma ini dapat terjadi oleh trauma pada aorta, termasuk kecelakaan bermotor atau prosedur medis pada kateterisasi dan pompa balon intraaorta yang merusak lapisan intima aorta. Nontraumatik diseksi aorta jarang timbul pada hipertensi dan atau suatu kondisi yang berhubungan dengan penyimpangan dari komponen elastis atau muskular lapisan media dinding aorta. Degenerasi kistik pada lapisan media misalnya penyakit jaringan ikat herediter, yaitu Syndrom Marfan Ehler Danlos. Kira-kira setengah dari diseksi aorta pada wanita di bawah 40 tahun terjadi pada kehamilan.
Hampir semua penderita dengan diseksi akut timbul nyeri dada hebat, walaupun beberapa penderita diseksi kronis diidentifikasi tanpa gejala yang berhubungan. Berbeda dengan gejala iskemia miokard, gejala diseksi aorta cenderung mencapai puncak rasa sakit dengan segera.
1.1.4 EMBOLI PULMONAL
Nyeri dada akibat emboli pulmonal dipercaya diakibatkan oleh distensi arteri pulmonal atau infark pada segmen paru yang berdekatan dengan pleura. Emboli pulmonal masif menimbulkan nyeri substernal yang mirip infark miokard akut. Pada umumnya emboli kecil berasal dari infark pulmonal fokal menimbulkan nyeri di lateral dan pleuritik. Gejala yang berhubungan yaitu dispneu dan hemoptisis, takikardia biasanya ditemukan.
1.1.5 PNEUMOTHORAKS
Nyeri dada pleuritik tiba-tiba dan distres pernafasan berhubungan dengan pneumothoraks spontan.
1.1.6 PNEUMONIA ATAU PLEURITIS
Penyakit pada kerusakan jaringan paru dan penyebab inflamasi pada pleura biasanya menimbulkan nyeri yang tajam, seperti diiris pisau, yang berhubungan dengan inspirasi dan batuk.
1.1.7 PENYAKIT GASTROINTESTINAL
Nyeri esofageal dari refluks asam lambung, spasme, obstruksi atau trauma sulit dapat dibedakan dari sindrom miokardial. Refluks asam lambung ditandai nyeri terbakar yang dalam, yang dieksaserbasi oleh alkohol, aspirin atau beberapa makanan. Nyeri ini berkurang dengan pemberian antasid. Nyeri dada dapat juga timbul pada trauma esofagus, misalnya Mallory-Weiss akibat muntah hebat, ulkus peptik, penyakit biliary dan pankreatitis.
1.1.8 NEUROMUSKULUSKELETAL
Penyakit diskus cervikal dapat menyebabkan nyeri dada oleh kompresi pada serabut saraf. Nyeri yang bersifat distribusi dermatomal dapat diakibatkan oleh kram muskulus interkostal atau oleh herpes zoster. Sindrom kostokondral dan kondrosternal adalah penyebab umum nyeri dada muskuloskeletal anterior (Sindrom Tietze’s).
1.1.9 PSIKIATRIK DAN EMOSI
Kurang lebih 10 % pasien yang datang ke perawatan emergensi dengan nyeri dada akut mempunyai gangguan panik dan kondisi emosional lainnya.
1.2 DIAGNOSIS DIFERENSIAL
Persoalan kunci pada evaluasi pasien dengan nyeri dada adalah membedakan keadaan yang potensial mengancam nyawa seperti pada gangguan koroner, diseksi aorta dan emboli paru dari penyebab lain nyeri dada.
KONDISI | DURASI | KUALITAS | LOKASI | KEADAAN YG BERHUBUNGAN |
Angina | 2-10 menit | Tertekan, terbakar, sesak, diperas | Retrosternal, menjalar ke leher, dagu, bahu, lengan terutama kiri | Presipitasi oleh latihan, udara dingin, stres psikologis. Ditemukan S4 gallop atau MR murmur selama nyeri |
Unstable Angina | 2-10 menit | Mirip angina tapi lebih berat | Mirip angina | Mirip angina, tetapi timbul dengan latihan ringan atau saat istirahat |
Akut Miokard Infark | Bervariasi, sering lebih 30 menit | Mirip angina tapi lebih berat | Mirip angina | Tidak berkurang dengan nitrogliserin, berhubungan dengan gagal jantung atau aritmia. |
Stenosis Aorta | Episode rekuren | Dideskripsikan sebagai angina | Dideskripsikan sebagai angina | Murmur sistolik radiasi ke arateri karaotis. |
Perikarditis | Beberapa jam sampai hari | Nyeri tajam | Retrosternal atau ke arah apeks, mungkin menyebar ke bahu kiri. | Mungkin berkurang dengan duduk |
Diseksi Aorta | Onset tiba-tiba | Tercabik, tersobek, teriris | Dada anterior, sering menjalar ke punggung antara bahu | Berhubungan dengan hipertensi dan atau didasari penyakit jaringan ikat. Murmur aorta insufisiensi, pericardial rub, pericardial tamponade atau hilangnya pulse perifer. |
Emboli pulmonal | Onset mendadak, beberapa menit sampai jam | Pleuritik | Sering di lateral, disekitar lokasi emboli | Dyspneu, takipneu, takikaradia, hipotensi |
Hipertensi pulmonal | Bervariasi | Tertekan | Substernal | Dyspneu, peningkatan tekanan vena (edema dan peningkatan JVP) |
Pneumonia atau Pleuritis | Bervariasi | Pleuritik | Unilateral, sering terlokalisasi | Dyspneu, batuk, demam, ronki |
Pneumotoraks Spontan | Onset mendadak, beberapa jam | Pleuritik | Lateral pada sisi pneumotoraks | Dyspneu, penurunan suara nafas pada sisi pneumotoraks. |
Refluks Esofagus | 10 – 60 menit | Rasa terbakar | Substernal, epigastrik | Memburuk pada postprandial, terlentang. Berkurang oleh antasida. |
Spasme esofageal | 2 – 30 menit | Tertekan, terbakar, kesesakan | Retrosternal | Disfagia, gastrik reflux |
Ulkus Peptik | Lama | Terbakar | Substernal, epigastrik | Berkurang dengan makanan dan antasida |
Penyakit Gallblader | Lama | Terbakar, Tertekan | Substernal, epigastrik, RUQ | Tergantung makanan |
Penyakit Muskuloskeletal | Bervariasi | Sakit/ nyeri | Bervariasi | Dipengaruhi pergerakan, mungkin ada nyeri tekan lokal |
Herpes zoster | Bervariasi | Tajam atau Terbakar | Distribusi dermatomal | Rash vesicular pada daerah yang nyeri |
Emosional dan Psikiatrik | Bervariasi | Bervariasi | Bervariasi, mungkin retrosternal | Situasional, cemas, depresi |
Mediastinal Emfisema | Bervariasi | Tajam, hebat | Substernal | Terdengar krepitasi |
Emosional dan Psikiatrik | Bervariasi | Bervariasi | Bervariasi, mungkin retrosternal | Situasional, cemas, depresi |
1.3 PENDEKATAN PADA PENDERITA
Suatu riwayat yang rinci dan teliti tentang sifat nyeri merupakan dasar evaluasi. Lokasi, radiasi, kualitas, intensitas dan durasi episode adalah penting. Bahkan yang lebih penting adalah riwayat faktor yang memperburuk atau memperingan. Data dari riwayat penderita amat penting dalam penafsiran nyeri dada.
Pemeriksaan fisik yang seksama dapat memberikan petunjuk penting kepada penyebab nyeri dada. Tekanan darah harus diperiksa pada kedua lengan jika dipikirkan diseksi aorta. Pemeriksaan kulit dapat melihat sianosis yang mengingatkan hipoksemia karena curah jantung yang berkurang atau fungsi pernafasan yang terganggu. Pemeriksaan dinding dada mencakup inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
Pemeriksaan penunjang dipilih berdasarkan analisis anamnesis dan pemeriksaan fisik. Elektrocardiogram adalah pemeriksaan yang esensial pada orang dewasa dengan nyeri dada yang bukan disebabkan oleh trauma. Pemeriksaan marker jantung dilakukan bila dipikirkan adanya injury miokardial, paling penting adalah creatin kinase (CK), CK-MB dan Troponin jantung (I dan T). Pemeriksaan troponin dapat memprediksi prognosis dan acuan penanganannya. Beberapa data pendukung yang dapat digunakan antara lain mioglobulin serum, C-reaktif Protein (CRP) dan B-type natriuretic Peptide (BNP). Pemeriksaan profokatif untuk test penyakit arteri koroner tidak dianjurkan pada penderita dengan nyeri dada yang sedang berlangsung.
Penetapan diagnosis menganalisis dari riwayat penderita (anamnesis), pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang secara sistematik dan simultan.
II. PALPITASI
Kesadaran akan denyut jantung mungkin merupakan keadaan normal, atau menunjukkan adanya peningkatan kardiak output atau stroke output pada pasien dengan kelainan non kardial (latihan, tirotoksikosis, anemia, kecemasan, dsb). Keadaan ini dapat juga disebabkan karena abnormalitas jantung di mana ada peningkatan stroke volume (penyakit katup regurgitasi, bradikardia) atau sebagai manifestasi disritmia jantung. Ventricular premature beat dirasakan sebagai denyut jantung tambahan atau denyut loncatan (skipped beat). Takikardia supraventrikuler atau takikardia ventrikuler dirasakan sebagai palpitasi yang cepat, teratur maupun tidak teratur, atau berdebar debar, pada beberapa pasien kaang tidak tampak atau tidak dirasakan.
Palpitasi sering merupakan manifestasi dari kondisi psikiatrik, yang paling umum adalah depresi dan gangguan panik.
Palpitasi dapat intermiten atau terus menerus dan regular atau tidak regular. Penderita ditanya tentang onsetnya, durasi, dan gejala yang berhubungan. Onset yang mendadak dan menghilang setelah beberapa menit mungkin merupakan reflek dari takiaritmia ventrikuler atau supraventrikuler. Onset yang gradual dan menghilang sesuai detak jantung lebih konsisten dengan sinus takikardia.
Pada keadaan biasa denyut jantung yang ritmik tidak terasa oleh orang sehat yang tenang atau bahkan bertemperamen rata-rata. Palpitasi dapat dialami oleh orang normal yang sibuk dalam upaya fisik yang berat atau yang timbul secara emosional atau seksual. Palpitasi akibat jantung terlalu aktif juga mungkin terdapat pada keadaan patologik tertentu, misalnya demam, anemia akut/berat dan tirotoksikosis. Bila hebat dan teratur, palpitasi biasanya disebabkan oleh stroke volume yang bertambah besar. Keadaan patologik seperti regurgitasi aorta atau keadaan hiperkinetik (anemia, fistula arteriovenosa, tirotoksikosis) harus dipertimbangkan. Palpitasi juga dapat terjadi pada AV blok total atau pada konversi dari fibrilasi atrial ke ritme sinus.
0 Response to "Modul Nyeri dada dan Palpitasi"
Post a Comment